Penelitian Historis
1. Arti dan Tujuan
Penelitian historis adalah
mempelajari dan menggali fakta-fakta dan menyusun
kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Peneliti dituntut menemukan
fakta,
menilai dan menafsirkan fakta yang diperoleh secara sistematik dan
obyektif.
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara
sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,
memverifikasi
dan mensintesiskan bukti-bukti untuk memperoleh kesimpulan yang kuat.
2. Ciri-Ciri Penelitian Historis
a) Penelitian historis lebih
tergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada diobservasi oleh
peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang
menganalisis keoutentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumber yang
relevan.
b) berlainan dengan anggapan yang
populer, penelitian historis harus tertib dan ketat, sistematis, dan tuntas,
seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu penelitian historis hanyalah
korelasi informasi-informasi yang tak layak, tidak realibel, dan berat sebelah
c) penelitian historis bergantung
kepada dua macam data, yaitu data primer, dan data sekunder. Data primer yaitu
peneliti secara langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian
yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, peneliti disini
berfungsi sebagai pelapor hasil observasi orang lain.
d) Untuk memiliki bobot data,
dapat dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik ekternal dan kritik internal.
Kritik eksternal menanyakan “apakah domumen realitik autentik atau tidak”,
sedangkan kritik internal menanyaan “Apabila data itu autentik, apakah data itu
akurat atau relevan?” Kritik internal harus menguji motif, keterbelatsebelahan,
dan keterbatasan penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu
dan memberi manfaat informasi yang terpalsu.
e) walaupun penelitian historis
mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan
penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas,mencari
informasi dari sumber lain yang lebih luas. Penelitian historis juga menggali
informasi-informasi yang lebih tua daripada infromasi yang baru terbentuk
berbeda dengan penelitian penelaahan kepustakaan, dan banyak lagi juga menggali
bahan-bahan yang tidak diterbitkan dalam bacaan acuan yang standar.
3. Langkah Pokok
a. Rumuskan masalah dengan bertanya pada diri sendiri, apakah data
mungkin
diperoleh? Apakah hasilnya mempunyai cukup kegunaan?
b. Rumuskan tujuan penelitian.
c. Kumpulkan data, dengan selalu mengingatkan perbedaan data primer dan
data
sekunder. Keterampilan yang diperlukan adalah cara pencatatan.
d. Evaluasi data, dengan melakukan kritik internal dan kritik eksternal.
Kritik internal, yaitu menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan
penulis
yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberi
informasi yang yang palsu.
Kritik eksternal yaitu menanyakan apakah dokumen itu otentik.
Contoh Metode Penelitian Historis :
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy
Kabupaten Subang 1975-1999 (Suatu Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya
Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).
Atau :
Studi mengenai praktek “bawon” di daerah
pedesaan di Jawa Tengah , yang bermaksud memahami dasar-dasarnya di waktu
lampau serta relevansinya untuk waktu kini, studi ini dimaksudkan juga untuk
menteste hipotesis bahwa nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas
memainkan peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.
Metode Deskriptif
1.
Tujuan Metode Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis
penelitian yang tujuannya
untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial,
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah
dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.[1] Dalam penelitian ini, peneliti telah
memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan
menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,
memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal,
menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan
subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk
menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.
2. Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif,
antara lain adalah:
- Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian
dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
- Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
- Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap
fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis,
membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah.
3. Langkah-Langah Metode Deskriptif
Untuk lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai
langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:
- Memilih
dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat
diselidiki dengan sumber yang ada
- Menentukan
tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan
rumusan dan definisi dari masalah
- Memberikan
limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut
akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana
penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang
dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan
dijangkau
- Pada
bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu
dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian
diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan. Bagi ilmu
sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat dijabarkan
dalam bentuk-bentuk model matematika
- Menelusuri
sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan
- Merumuskan
hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit
- Melakukan
kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok
untuk penelitian
- Membuat
tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi
penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan
dengan unit-unit pengukuran sepadan
- Memberikan
interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap
masalah yang ingin dipecahkan
- Mengadakan
generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa yang ingin diuji.
Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat
ditarik dari penelitian
- Membuat
laporan penelitian dengan cara ilmiah
Contoh Masalah :
Manajemen Pengembagan
Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan: Studi Tentang Kepemimpinan
Entrepeuneur Dan Sistem kompensasi Kreativitas dan Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang,
skripsi tidak diterbitkan).
Metode Perkembangan
1. Tujuan Metode Penelitian Perkembangan
Apabila kedua kata (penelitian dan pengembangan)
digabungkan, menghasilkan istilah baru yaitu penelitian pengembangan
(development research) yang merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam sebuah teori yang dimiliki
oleh ilmu tertentu.
2. Ciri-Ciri Metode
Perkembangan
Wayan (2009) mengemukakan bahwa penelitian pengembangan memiliki 4
karateristik, antara lain :
- Masalah
yang ingin dipecahkan merupakan masalah nyata yang mempunyai kaitan dengan
upaya inovatif atau apikasi (penerapan) teknologi dalam pembelajaran
sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmen terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran.
- Pengembangan
model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang
menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
- Proses
pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji
coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang
dihasilkan memiliki manfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya
dideskripsikan secara jelas, sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara
akademik.
- Proses
pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran
perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai
dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
3.
Langkah-langkah Metode Perkembanagn
Implementasi dan hasil yang diperoleh digunakan pada
spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan penelitian dan
pengembangan. Borg & Gall (dalam Haryati, 2012) mengemukakan 10 tahapan dalam
mengembangan model penelitian dan pengembangan atau Research and Development,
yaitu:
- Research and information collecting
Yaitu melakukan pengumpulan informasi penelitian,
seperti melakukan studi literatur yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang
dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk
merumuskan kerangka kerja penelitian.
- Planning
Yaitu menyusun rencana penelitian yang berkaitan
dengan permasalahan, penentuan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,
desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan
studi kelayakan secara terbatas;
- Develop preliminary form of product
Yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang
akan dihasilkan, misalnya pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran
dan instrumen penelitian
evaluasi untuk pembelajaran.
- Preliminary field testing
Yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala
terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12
subyek. Pada tahapan ini pengumpulan dan analisis data bisa dilakukan melalui wawancara, observasi atau angket penelitian;
- Main product revision
Yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang
dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal.
- Main field testing
Yaitu ujicoba utama yang melibatkan khalayak lebih
luas. Hasil yang diperoleh dari ujicoba tersebut dalam bentuk evaluasi terhadap
pencapaian hasil ujicoba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.
- Operational product revisino
Yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan pada hasil
ujicoba yang lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan
hasil desain model operasional yang siap untuk divalidasi;
- Operational field testing
Yaitu melakukan uji validasi pada model operasional
yang telah dihasilkan. Tahapan ini dilaksanakan pada 10 hingga 30 sekolah yang
melibatkan 40 hingga 200 subyek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara,
dan observasi dan analisis hasilnya.
- Final product revision
Yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang
dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final)
- Dissemination and implementation
Yaitu penyebarluasan produk/model yang dikembangkan
kepada khalayak/masyarakat luas, terutama dalam pendidikan.
Contoh
Masalah :
Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang
Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber:
repository.upi.edu).
Metode Kasus
1. Tujuan Metode Kasus
Metode ini bertujuan untuk
mempelajari secara komperhensif dan intensif tentang keadaan sekarang serta
interaksi lingkungan suatu objek tertentu. Studi kasus pada dasarnya mempelajari
secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus
tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak
disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara
mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua
variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek.
Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif
2. Ciri-ciri metode Kasus
Studi kasus ini memiliki
beberapa ciri-ciri atau karakteristik, yaitu diantaranya (a) menempatkan obyek
penelitian sebagai kasus, (b) memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat
kontemporer, (c) dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya, (d) menggunakan
berbagai sumber data, (e) menggunakan teori sebagai acuan penelitian.
3.
Langkah-langkah Metode Kasus
Pemilihan kasus : dalam pemilihan kasus
hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang.
Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan,
program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek
studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu
dan sumbersumber yang tersedia;
Pengumpulan data : terdapat beberapa teknik
dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah
observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen
penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan
lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara
serentak;
Analisis data : setelah data terkumpul
peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data
menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi
hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi
secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data
dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah
semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;
Perbaikan (refinement) : meskipun semua data
telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penvempurnaan
atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap yang telah ditemukan.
Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan
barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke
dalam kategori yang sudah ada;
Penulisan laporan : laporan
hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu
gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk
memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca
kedalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.
Contoh Masalah :
Butera, G. 2005. Collaboration in the context of
Appalachia: The case of Cassie. The Journal of Special Education, 39(2):
106–116.
Butera (2005) menggunakan studi kasus dan data yang
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumen untuk menggambarkan
kolaborasi tim dengan anak 4 tahun di West Virginia. (Stoner, 2010: 21)
Metode Korelasional
1. Tujuan Metode Korelasional
Menurut Suryabrata, penelitian korelasional adalah penelitian dengan tujuan
untuk mendeteksi tingkat kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor
dengan variasi-variasi dalam faktor yang lain dengan berdasarkan pada koefisien
korelasi.
Menurut Emzir, penelitian korelasional yang dilakukan dalam berbagai bidang
ini terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja, bukan hubungan
kausalitas. Meski begitu, penelitian korelasional dapat menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya.
2.
Ciri-ciri Metode Korelasi
Agar sebuah penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian korelasional, ada
beberapa ciri yang membedakannya dari penelitian lain:
- Penelitian
ini cocok bagi variabel-variabel rumit yang sulit diteliti dengan metode
eksperimen
- Penelitian
ini memungkinkan peneliti untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya
secara serentak dalam waktu yang sebenarnya
- Hasil
penelitian ini akan menunjukkan tinggi atau rendahnya suatu hubungan antar
variabel, bukan ada atau tidaknya hubungan
- Penelitian
ini dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu dengan berdasar
pada variabel bebas
3.
Langkah-langkah Metode Korelasi
Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih
lanjut sebagai berikut ini.
1. Pemilihan Masalah
2.
Sampel dan Pemilihan Instrumen
3.
Desain dan Prosedur
4.
Analisis Data dan Interpretasi
Contoh Masalah:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada
Remaja (Studi korelasi pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak
sejak dari lahir di PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu)
.
Metode Eksperimental
1.
Tujuan metode Eksperimantal
Metode yang bertujuan untuk menyelidiki adanya kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan cara melakukan kontrol atau kendali. Penelitian
eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha untuk
mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan
situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh
ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau
manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada
variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103) desain penelitian ekperimen
dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design,
true experimental design, quasy experimental designdan factorial design.
2. Ciri-ciri metode Eksperimental
Beberapa ciri-ciri penelitian eksperimen :
- Penelitian
eksperimen mengatur secara tertib dan ketat semua variabel dan kondisi
selama penelitian. Hal ini dilakukan secara terkontrol ataupun terjun
langsung.
- Dalam
penelitian eksperimen digunakan kelompok
kontrol yang akan menjadi dasar pembanding terhadap kelompok lain yang
menjadi objek eksperimen.
- Metode
eksperimen akan terpusat pada pengontrolan varian. Artinya, dalam
eksperimen akan dipilih subjek yang beragam. Lalu subjek akan ditempatkan
dalam berbagai kelompok secara
random. Pilihan lainnya adalah peneliti akan memberi perlakuan eksperimen
secara acak kepada kelompok-kelompok yang ada.
- Tujuan
yang pertama dan utama dalam penelitian eksperimen adalah validitas
internal, baru setelah itu validitas eksternal.
- Dalam
eksperimen semua variabel utama akan diusahakan untuk konstan dan tidak
berubah. Namun, hal ini tidak berlaku jika dalam eksperimen yang dilakukan
terdapat variabel perlakuan yang dimanipulasi secara sengaja dan memang
dibuat bervariasi.
3.
Langkah-Langkah Metode Eksperimantal
Langkah-langkah dalam penelitian
eksperimen pada dasarnya sama dengan jenis penelitian lainnya, berikut ini
menurut Sukardi (2013: 182-183), yaitu:
1.
Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan
permasalahan yang hendak dipecahkan,
2.
Mengidentifikasi permasalahan,
3.
Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang
relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional
dan variabel,
4.
Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup
kegiatan:
a.
Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan,
tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen,
b.
Menentukan cara untuk mengontrol mereka,
c.
Memilih desain riset yang tepat,
d.
Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan
memilih sejumlah subyek penelitian,
e.
Membagi subyek ke dalam kelompok kontrol maupun
kelompok eksperimen,
f.
Membuat instrumen yang sesuai, memvalidasi instrumen
dan melakukan pilot study agar memperoleh instrumen yang memenuhi
persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan,
g.
Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan
menentukan hipotesis,
5.
Melakukan eksperimen,
6.
Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen,
7.
Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan
variabel yang telah ditentukan,
8.
Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang
relevan,
9.
Membuat laporan penelitian eksperimen.
Contoh Masalah :
Pengaruh Penerapan Strategi
Pembelajaran TANDUR Berbantuan Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Teknologi
Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang. (Kuasi Eksperimen terhadap
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang,
skripsi tidak diterbitkan).
Metode Kausal Komparatif
1. Tujuan metode Kausal
Metode untuk menyelidiki kemungkinan hubungan
sebab akibat, dilakukan dengan pengamatan pada data dari faktor yang diduga
menjadi penyebab sebagai pembanding. Penelitian kausal komparatif atau
penelitian ex post facto adalah
penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel
bebas secara langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi.
Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali
dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian
dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
2. Ciri-Ciri Metode kausal Komparatif
Penelitian kausal komparatif bersifat ex
post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang
dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat
(sebagai “dependent variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali
ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
3. Langkah-langkah Metode Komperatif
Menurur Emzir (2010:125)
penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan
masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin
diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5)
analisis data.
Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal
komparatif sebagai berikut.
(1)
Definisikan masalah.
(2)
Lakukan penelaahan keperpustakaan.
(3)
Rumuskan hipotesis-hipotesis.
(4)
Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari
hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.
(5)
Rancang cara pendekatannya:
a.
Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta
sumber-sumber yang relevan;
b. Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;
c.
Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data
yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau
saling berhubungan.
(6)
Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan
interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.
(7)
Kumpulkan dan analisis data.
(8)
Susun laporannya.
Contoh Masalah :
Studi Komparatif Penerapan
Model Contextual Teaching and Learning (CTL)dengan Model Problem Based Learning
(PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi
Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).
Metode Tindakan
1.
Tujuan Metode Tindakan
Penelitian
tindakan (action research) bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru atau cara-cara pendekatan baru dan untuk memecahkan
masalah dengan cara penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang
lain.
2.
Ciri-ciri Metode Tindakan
Dimyati (2000) menyatakan bahwa Action Research adalah
penelitian tindakan dengan tindakan untuk mengadakan perubahan-perubahan
sehingga menjadi lebih baik. Cirri-ciri Action reseach yang dikemukakan oleh
Dimyati yaitu:
1.
Kegiatan perbaikan yang merupakan suatu program berdasarkan penelitian.
2.
Pelaku kegiatan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu peneliti yang
bertanggung jawab atau tim peneliti di bawah pimpinan seorang ilmuan dan
petugas yang bertugas sehari-hari bertindak dalam lembaga yang bersangkutan.
3.
Kegiatan pengumpulan informasi tentang system perilaku atau komponen-komponen
dalam kegiatan yang lengkap, rinci dan bermanfaat dalam perbaikan realitas
social.
4.
Kegiatan pengumpulan data yang keras selama waktu penelitian yang bermanfaat
bagi perbaikan realitas social dan bila mungkin dapat disebar luaskan pada
realitas lain yang konteksnya serupa.
5.
Alat untuk membuat warga masyarakat atau petugas pada lembaga yang bersangkutan
memahami kekuatan mereka sendiri sehingga mendorong terwujudnya perbaikan atau
perubahan social secara terus-menerus.
6.
Menghasilkan laporan penelitian yang berisi data perilaku, konsep dan teori
‘mendasa’ awal sifat kronologis yang diuji lebih lanjut.
7.
Berakhirnya action research memberikan dua faedah ganda yaitu
lembaga yang menjadi sasaran penelitian dapat tumbuh menjadi lembaga perbaikan
realitas social yang diteliti.
3.
Langkah-langakah Metode Tindakan
Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi
Action research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :
1. Melakukan diagnosa (diagnosing)
Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi dasar
kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan, untuk pengembangan situs
web pada tahap ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan
situs web, ditempuh dengan cara mengadakan wawancara mendalam kepada
stakeholder yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan
pengembanga situs web.
2. Membuat rencana tindakan (action planning)
Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok masalah yang ada kemudian
dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan
masalah yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web memasuki tahapan desain
situs web. Dengan memperhatikan kebutuhan stakeholder terhadap situs web
penelitian bersama partisipan memulai membuat sketsa awal dan menentukan isi
yang akan ditampilkan nantinya.
3. Melakukan tindakan (action taking)
Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan rencana tindakan
dengan harapan dapat menyelesaikan masalah. Selanjutnya setelah model dibuat
berdasarkan sketsa dan menyesuaikan isi yang akan ditampilkan berdasarkan
kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan mengadakan ujicoba awal secara offline
kemudian melanjutkan dengan sewa ruang di internet dengan tujuan situs web
dapat ditampilkan secara online.
4. Melakukan evaluasi (evaluating)
Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup kemudian
peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi hasil dari implementasi tadi,
dalam tahap ini dilihat bagaimana penerimaan pegguna terhadap situs web yang
ditandai dengan berbagai aktivitas-aktivitas.
5. Pembelajaran (learning)
Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan
melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir kemudian penelitian ini
dapat berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari,
perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan dikomunikasikan
kepada klien, peneliti dan klien merefleksikan terhadap hasil proyek, yang
nampak akan dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit
dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap penerapan Canonical Action
Reaserch (CAR). Untuk hal tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam
hal implikasinya untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih
kesulitan yang dapat dikaitkan dengan pengimplementasian perubahan proses.
Contoh Masalah :
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Melalui Metode
Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN Cicadas 03
Gunung Putri Bogor). (Sumber: repository.upi.edu).
Sumber: http://penjual-mimpi.blogspot.co.id/2014/09/jenis-jenis-metode-penelitian-beserta.html
Metode Kuantitatif
1. Tujuan Metode kuantitatif
Metode ini bersifat sistematis dan menggunakan model-model
yang bersifat matematis.
Penelitian kuantitatif dapat bersifat deskriptif,
korelasi, dan asosiatif berdasarkan hubungan antarvariabelnya.
Penelitian kuantitatif deskriptif biasanya hanya
mengukur tingkat suatu variabel pada populasi atau sampel, sementara korelasi
dan asosiatif melihat hubungan antara dua variabel atau lebih.
Jika kuantitatif korelasi hanya menunjukkan hubungan,
asosiatif berusaha mencari hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel
terkait.
2.
Ciri-ciri metode kuantitatif
Beragam ciri yang terdapat dalam penelitian kuantitatif, ciri-ciri atau
karakteristik dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut;
- Penelitian kuantitatif lebih
bersifat spesifik, jelas, dan terperinci.
- Etik, artinya dalam penelitian
kuantitatif ini mementingkan pandangan orang lain.
- Menunjukkan hubungan antar
varlabel
- Penelitian kuantitatif
biasanya memulai dengan teori dan hipotesis (deduktif)
- Komputer, kalkulator dan
aplikasi stafistik menjadi instrumen utama jenis penelitian kuantitatif
ini
- Teknik pengumpulan data yang
biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif antara lain yaitu eksperjmen
survei, dan angket.
- Analisis dilakukan setelah
pengumpulan data.
- Hubungan dengan informan
memiliki jarak dan berjangka pendek.
3. Langkah-langkah Metode Kuantitatif
langkah-langkah metode penelitian kuantitatif.
1. Membuat rumusan masalah
Setiap penelitian harus bersumber
dari adanya masalah. Seperti penjelasan di atas tentang desain penelitian
dengan metode kuantitatif. Maka penelitian dengan metode kuantitatif memiliki
maslah yang jelas.
Setelah selesai untuk mengidentitikasi dan membatasi
masalah. Selanjutnya peneliti membuat rumusan maslaah. Rumusan maslaah di tulis
dalam bentuk kalimat tanya. Baca cara membuat
rumusan masalah yang baik pada proposal utnuk memahami cara membuat
rumusan masalah dengan lebih baik.
2. Menentukan landasan teori
Masalah yang sudah dirumuskan
menjadi rumusan masalah. Selanjutnya dicarikan jawabannya. Jawaban tersebut
diperoleh dari pencarian terhadap teori-teori yang relevan.
Bahasa sederhananya, kamu cari tau teori yang
sekiranya mendukung jawaban kamu.
3. Merumuskan Hipotesis
Dari rumusan masalah tersebut,
peneliti mencoba menjawab (memberikan solusi) yang diperoleh dari pencarian
teori-teori yang relevan. Jawaban yang diperoleh selanjutnya disebut dengan
jawaban sementara atau hipotesis.
Jawaban sementara adalah hipotesisi. Jadi
hipotesis dirumuskan dengan cara membaca atau mencari teori-teori yang cocok
dengan solusi dari rumusan masalah dalam penelitian.
4. Melakukan pengumpulan data
Sebelum melakukan pengumpulan data, seorang peneliti
harus terlebih dahulu:
·
Membuat instrumen penelitian
berupa: kuisione, angket, test, lembar observasi, wawancara terstruktu dan
instrumen yang telah terstandar.
·
Menguji instrumen dengan menguji
validitas dan rebilitas dari instrumen tersebut.
Bila instrumen sudah selesai dibuat selanutnya peneliti
mengumpulkan data. Data dalam penelitian kuantitatif dapat berupa data angka
atau data deskribsi yang dikuantitatifkan.
Contoh Masalah :
Judul: DAMPAK BENCANA BANJIR TERHADAP KONDISI SOSIAL
EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN BATU BENAWA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH,
KALIMANTAN SELATAN
Oleh : Reni Yunida, Rosalina Kumalawati, Deasy Arisanty
Pendidikan Geografi , Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia.
Publikasi : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi)
Metode Penelitian:
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010).
Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarat di daerah banjir
di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 1673 Kepala
Keluarga dengan total 4 Desa yang terkena banjir.
Sampel Bentuk pengambilannmya dalam penelitian ini adalah
bentuk proporsional sampling, dengan teknik Snowball sampling. Data yang diperoleh secara langsung dari informan
melalui wawancara.
Menetapkan informan pada
penelitian ini menggunakan teknik snowballsampling. snowballsampling dipilih
agar memudahkan peneliti dalam menentukan sampel. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama-lama menjadi besar.
Dalam penentuan sampel,
pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini
belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh
dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Sampel Penelitian ini adalah 364
kepala keluarga dari seluruh populasi yang berjumlah 1673 kepala keluarga di
daerah bencana banjir di Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Mengacu pada Tabel Isaac dan
Micheal dalam Sugiyono, karena pada Tabel Isaac dan Micheal tidak ada yang
berjumlah 1673 kepala keluarga maka diambil jumlah yang mendekati yaitu 1700
kepala keluarga sehingga didapat 364 kepala keluarga dengan taraf kesalahan 5%
atau dengan tingakat kepercayaan 95% seluruh kepala keluarga di 4 Desa di
Kecamatan Batu Benawa.