Minggu, 01 November 2020

 

Landasan Pengembangan Kurikulum SMK

Landasan Pengembangan

Nama : Geordani J.K. Reppie

Nim : 18 208 034

Jurusan : PTIK


1. Apa yang di maksud dengan Kondisi Psikologis itu?

2. Psikologi perkembangan dan Psikologi Belajar?

3. Kurikulum berbasis Kompetensi?

4. Lima perbedaan dan karakteristik peserta didik yang perlu diperhatikan dalam kurikulum berbasis kompetensi?

5. Mengapa kurikulum yang dikembangkan berlandaskan sosial-budaya?

6. Kurikulum muatan lokal, tujuannya untuk apa?

Jawab

1. kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dalam interaksinya dengan lingkungan.

2. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya

PSIKOLOGI BELAJAR

Psikologi mengajar dalam lingkupnya, pendidikan diwujudkan melalui proses pengajaran, baik di dalam atau diluar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan siswa dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif (mendidik). 

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya.

4. Lima perbedaan dari karakteristik kurikulum Berbasis Kompetensi :

  • Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun klasikal.
  • Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
  • Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
  • Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang memenuhi unsur edukasi.
  • Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi
5. Karena Setiap lingkungan masyarakat masing-masing memiliki sistem-sosial budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dalam sistem sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
6. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal :
  • Memperkenalkan peserta didik kepada lingkungannya sendiri, ikut melestarikan budaya daerahnya, termasuk kerajinan keterampilan yang menghasilkan nilai ekonomi didaerahnya.
  • Memberikan bekal kemampuan dan keterampilan untuk masyarakat dan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta dapat menolong diri sendiri dan orang tuanya untuk memenuhi kehidupannya.

 

Pengembangan Kurikulum SMK

 Tugas 1 Pengembangan Kurikulum SMK

Nama   : Geordani J.K Reppie

Nim      : 18208034

1. Salah satu Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan kajian kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan menengah kejuruan. Untuk melaksanakan kajian tersebut Pusat Kurikulum telah melakukan serangkaian kegiatan analisis dan kajian yang kemudian disintesiskan menjadi naskah akademik

Pertanyaan :

    1. Apa yang dikaji, mengapa dikaji, dan bagaimana hasil kajiannya.


jawabannya :

Apa yang dikaji? Ada empat kajian yang dilakukan yaitu kajian SMA, kajian SMK, kajian Kurikulum inovatif, dan kajian kurikulum yang bertaraf Internasional. Kajian SMA meliputi 1) Penjurusan, 2) Keunggulan  Lokal, 3) Penilain, 4) Kriteria Kenaikan Kelas, 5) Muatan Lokal, 6) beban Belajar, 7) Materi  Pembelajaran, 8) Ketuntasan Belajar dan Remedial, 9) Pengembangan Diri, 10) Implementasi dan 

Pemahaman KTSP. Kajian SMK Didapatkan 12 isu hasil dalam kajian tentang kurikulum SMK yang  berkenanaan dengan Standar Pendidikan, Peningkatan dan pemahaman KTSP bagi Guru, Sistem Penilaian, Struktur Kurikulum, Kenaikan Kelas, Program SMK 4 tahun, Keberadaan Raport Dan KHS. 

Kajian kurikulum Inovatif untuk menghasilkan (1) rumusan naskah studi dokumentasi kurikulum inovatif, (2) naskah kajian konsep kurikulum inovatif, dan (3) pelaksanaan kurikulum inovatif. Hasil  tersebut meliputi inovasi berkenaan dengan aspek tujuan (kompetensi), materi (bahan ajar), strategi 

pembelajaran, evaluasi, beban belajar, penjurusan, manajemen, sarana dan fasilitas, sumber dan media pembelajaran.Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional; Sumber Daya Manusia Sekolah Bertaraf Internasional; Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional; Sarana dan prasarana Sekolah Bertaraf Internasional; Kemitraan Sekolah Bertaraf Internasional. Sedangkan kajian dengan negara lain adalah negara Cina, India, Korea, Norwegia, Australia, dan Inggris. Namun pada kajian ini baru dilakukan pada dua tahap dari enam langkah yang direncanakan.


Mengapa Dikaji? Perlu segera ditetapkan kajian untuk mempercepat atau memberikan masukan keluarnya 8 komponen standar nasional pendidikan dan terutama SI produktif sesuai SKKNI, serta studi tentang kualifikasi dan kompetensi pimpinan sekolah agar siap dan membangun inovasi dan kreatifitasnya dengan kebijakan ini. Perlu kajian lebih mendalam tentang kompetensi inti subjek normatif dan adaptif yang lebih sederhana agar mendukung kompetensi produktif Perlunya kajian efektifitas sosialisasi /workshop KTSP agar mudah dipahami dan diimplementasikan guru melalui kerja sama bermutu dengan berbagai pihak. Perlunya kajian efektifitas untuk mengelola kelas besar ataupun melalui program ekstensifikasi melalui penambahan sekolah Perlu kajian sisten penilaian yang lebih sesuai untuk SMK melalui penerapan pendidikan berbasis kompetensi (bukan kenaikan kelas) dan integrasi ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam satu kesatuan kompetensi Perlu kajian kebijakan penerapan rapor yangmemungkinkan rapor dikembangkan oleh sekolah sendiri sesuai kebutuhan daerah Perlu kajian penerapan prakerin yang lebih efektif melalui need asesmen dengan DUDI, mekanisme penjurusan yang lebih sesuai dengan minat dan bakat siswa Perlu kajian mekanisme dan strategi pengembangan kurikulum keahlian produktif yang selalu menyesuaikan dengan perkembangan iptek dan kebutuhan DUDI, serta penerapan SMK 4 tahun yang lebih efisien, efektif dan sesuai kebutuhan DUDI.

Dan dari Kajian SMK Didapatkan 12 isu hasil dalam kajian tentang kurikulum SMK yaitu :

1.       Standar Pendidikan,

2.       Peningkatan dan pemahaman KTSP bagi Guru,

3.       Sistem Penilaian,

4.       Struktur Kurikulum,

5.       Kenaikan Kelas,

6.       Program SMK 4 tahun,

7.       Keberadaan Raport Dan KHS.

8.       Program Keahlian,

9.       Pelaksanaan Prakerin,

10.   Profesionalisme Tim Verifikasi

11.   Uji Produktif. Jumlah Siswa per Rombongan Belajar,

12.   dan Penjurusanbeserta beserta kekuatan, kelemahan dan rekomendasinya.

 

 

12 isu tersebut berkenanaan dengan Standar Pendidikan, Peningkatan dan pemahaman KTSP bagi Guru, Sistem Penilaian, Struktur Kurikulum, Kenaikan Kelas, Program SMK 4 tahun, Keberadaan Raport Dan KHS.


Bagaimana Hasil Kajiannya? Dari Kajian SMK Didapatkan 12 isu hasil dalam kajian tentang kurikulum SMK yang berkenanaan dengan Standar Pendidikan, Peningkatan dan pemahaman KTSP bagi Guru, Sistem Penilaian, Struktur Kurikulum, Kenaikan Kelas, Program SMK 4 tahun, Keberadaan Raport Dan KHS. Program Keahlian, Pelaksanaan Prakerin, Profesionalisme Tim Verifikasi Uji Produktif. Jumlah Siswa per Rombongan Belajar, dan Penjurusanbeserta beserta kekuatan, kelemahan dan rekomendasinya. Sedangkan kajian dengan negara lain adalah negara Cina, India, Korea, Norwegia, Australia, dan Inggris meliputi konsep tujuan pendidikan, kebijakan Sistem Pendidian, Karakteristik, Philosofi kurikulum, Pendekatan sistem Pembelajaran, Sistem Penjenjangan pendidian, Struktur mata pelajaran, Beban belajar, Jumlah Mata pelajaran, Sistem Assessmen, Penjaminan mutu, dan SDM.

Selasa, 20 Oktober 2020

5 ARTIKEL HASIL PENELITIAN

5 ARTIKEL HASIL PENELITIAN MENGENAI BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

 NAMA : GEORDANI J.K.REPPIE

  NIM     : 18208034 

  METODOLOGI PENELITIAN 

# # # # # # # # # # # # # # # # # # #


1. Dampak perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi terhadap budaya

  http://www.ojs.uma.ac.id/index.php/simbolika/article/view/1474

 
2. Peningkatan kompetensi guru menggunakan Teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran di sekolah dasar melalui supervisi klinis

  https://pajar.ejournal.unri.ac.id/index.php/PJR/article/view/7539

 

3. Perencanaan strategi sistem informasi/Teknologi Informasi Universitas Lancang Kuning menggunakan metode warrd and peppard

  https://journal.unilak.ac.id/index.php/dz/article/view/523

 

4. Pengembangan model pelatihan pengintegrasian Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran matematika bagi guru SD

  http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp/article/view/5388 

 

5. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam proses pembelajaran

  http://www.academia.edu/download/54923369/jurnal-No14-Thn9-Juni2010.pdf#page=23


EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


A. Pendahuluan

     Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat pesat di era globalisasi saat ini. TIK telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan. Kemajuan TIK telah banyak membantu dan mempermudah aktifitas dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini didukung dengan munculnya berbagai produk teknologi yang dapat digunakan sebagai media dan sumber pembelajaran. penggunaan teknologi sebagai media dan sumber pembelajaran merupakan alternatif yang tepat untuk pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran, Kurikulum Pendidikan Agama Islam juga telah menekankan pentingnya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Teknologi diperlukan dalam mewujudkan kreativitas dan keterampilan peserta didik serta untuk mendapatkan informasi terbaru dalam rangka mencari gagasan untuk perancangan dan pembuatanbenda-benda keterampilan sebagai wujud dari kreativitas peserta didik

 

 

B. Rumusan Masalah

      apakah hasil penelitian menunjukan bahwa efektifitas pembelajaran dengan menggunakan teknologi lebih baik berbanding dengan pembelajaran tradisional atau konvensional.

 

 

C. Hipotesis

      Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran sangat tergantung kepada kesediaan guru untuk menggunakannya dalam program pembelajaran serta kemampuan guru dalam menggunakan teknologi tersebut sebagai media dan sumber pembelajaran yang efektif. setiap guru harus senantiasa bersedia untuk menghadapi tantangan teknologiinformasidan komunikasi yang semakin maju dan mempunyai komitmen untuk senantiasa menggunakan teknologi informasidan komunikasi dalam pembelajaran.

 

 

 

Jumat, 02 Oktober 2020

9 METODE PENELITIAN

 

Penelitian Historis

 

1. Arti dan Tujuan

Penelitian historis adalah mempelajari dan menggali fakta-fakta dan menyusun

kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Peneliti dituntut menemukan fakta,

menilai dan menafsirkan fakta yang diperoleh secara sistematik dan obyektif.

Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara

sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi

dan mensintesiskan bukti-bukti untuk memperoleh kesimpulan yang kuat.

 

2. Ciri-Ciri Penelitian Historis

a) Penelitian historis lebih tergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat yang menganalisis keoutentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumber yang relevan.

b) berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian historis harus tertib dan ketat, sistematis, dan tuntas, seringkali penelitian yang dikatakan sebagai suatu penelitian historis hanyalah korelasi informasi-informasi yang tak layak, tidak realibel, dan berat sebelah

c) penelitian historis bergantung kepada dua macam data, yaitu data primer, dan data sekunder. Data primer yaitu peneliti secara langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder, peneliti disini berfungsi sebagai pelapor hasil observasi orang lain.

d) Untuk memiliki bobot data, dapat dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik ekternal dan kritik internal. Kritik eksternal menanyakan “apakah domumen realitik autentik atau tidak”, sedangkan kritik internal menanyaan “Apabila data itu autentik, apakah data itu akurat atau relevan?” Kritik internal harus menguji motif, keterbelatsebelahan, dan keterbatasan penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberi manfaat informasi yang terpalsu. 

e) walaupun penelitian historis mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas,mencari informasi dari sumber lain yang lebih luas. Penelitian historis juga menggali informasi-informasi yang lebih tua daripada infromasi yang baru terbentuk berbeda dengan penelitian penelaahan kepustakaan, dan banyak lagi juga menggali bahan-bahan yang tidak diterbitkan  dalam bacaan acuan yang standar. 

 

 

3. Langkah Pokok

a. Rumuskan masalah dengan bertanya pada diri sendiri, apakah data mungkin

diperoleh? Apakah hasilnya mempunyai cukup kegunaan?

b. Rumuskan tujuan penelitian.

c. Kumpulkan data, dengan selalu mengingatkan perbedaan data primer dan data

sekunder. Keterampilan yang diperlukan adalah cara pencatatan.

d. Evaluasi data, dengan melakukan kritik internal dan kritik eksternal.

Kritik internal, yaitu menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan penulis

yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberi

informasi yang yang palsu.

Kritik eksternal yaitu menanyakan apakah dokumen itu otentik.

 

Contoh Metode Penelitian Historis :

Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999 (Suatu Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).

Atau :

Studi mengenai praktek “bawon” di daerah pedesaan di Jawa Tengah , yang bermaksud memahami dasar-dasarnya di waktu lampau serta relevansinya untuk waktu kini, studi ini dimaksudkan juga untuk menteste hipotesis bahwa nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.


 

Metode Deskriptif

1.    Tujuan Metode Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.[1] Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian.

 

2.    Ciri-Ciri Metode Deskriptif

Terdapat ciri-ciri yang pokok pada metode deskriptif, antara lain adalah:

  1. Memusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual
  2. Menggambarkan fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
  3. Pekerjaan peneliti bukan saja memberika gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah.

 

 

 

3.    Langkah-Langah Metode Deskriptif

Untuk lebih rincinya, Nazir (1988: 73-74) mengungkapakan terdapat berbagai langkah yang sering diikuti adalah sebagai berikut:

  1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada
  2. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah
  3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk di dalamnya daerah geografis di mana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis, ukuran tentang dalam dangkal serta sebarapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau
  4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesa-hipotesa untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangka analisa dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika
  5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan
  6. Merumuskan hipotesa-hipotesa yang ingin diuji, baik secara eksplisit maupun secara implisit
  7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian
  8. Membuat tabulasi serta analisa statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran sepadan
  9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan
  10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesa-hipotesa yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian
  11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah

 

Contoh Masalah :

Manajemen Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan:  Studi Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan Sistem kompensasi Kreativitas dan Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).


 

Metode Perkembangan

 

1.    Tujuan Metode Penelitian Perkembangan

Apabila kedua kata (penelitian dan pengembangan) digabungkan, menghasilkan istilah baru yaitu penelitian pengembangan (development research) yang merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan, memperluas, dan menggali lebih dalam sebuah teori yang dimiliki oleh ilmu tertentu.

 

2.       Ciri-Ciri Metode Perkembangan

Wayan (2009) mengemukakan bahwa penelitian pengembangan memiliki 4 karateristik, antara lain :

  1. Masalah yang ingin dipecahkan merupakan masalah nyata yang mempunyai kaitan dengan upaya inovatif atau apikasi (penerapan) teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmen terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
  2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
  3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan memiliki manfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara akademik.
  4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

 

3.    Langkah-langkah Metode Perkembanagn

Implementasi dan hasil yang diperoleh digunakan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan penelitian dan pengembangan. Borg & Gall (dalam Haryati, 2012) mengemukakan 10 tahapan dalam mengembangan model penelitian dan pengembangan atau Research and Development, yaitu:

  1. Research and information collecting

Yaitu melakukan pengumpulan informasi penelitian, seperti melakukan studi literatur yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian.

  1. Planning

Yaitu menyusun rencana penelitian yang berkaitan dengan permasalahan, penentuan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;

  1. Develop preliminary form of product

Yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, misalnya pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen penelitian evaluasi untuk pembelajaran.

  1. Preliminary field testing

Yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek. Pada tahapan ini pengumpulan dan analisis data bisa dilakukan melalui wawancara, observasi atau angket penelitian;

  1. Main product revision

Yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal.

  1. Main field testing

Yaitu ujicoba utama yang melibatkan khalayak lebih luas. Hasil yang diperoleh dari ujicoba tersebut dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian hasil ujicoba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.

  1. Operational product revisino

Yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan pada hasil ujicoba yang lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan hasil desain model operasional yang siap untuk divalidasi;

  1. Operational field testing

Yaitu melakukan uji validasi pada model operasional yang telah dihasilkan. Tahapan ini dilaksanakan pada 10 hingga 30 sekolah yang melibatkan 40 hingga 200 subyek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya.

  1. Final product revision

Yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final)

  1. Dissemination and implementation

Yaitu penyebarluasan produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas, terutama dalam pendidikan.

 

Contoh Masalah :

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber: repository.upi.edu).


 

Metode Kasus

 

1.    Tujuan Metode Kasus

Metode ini bertujuan untuk mempelajari secara komperhensif dan intensif tentang keadaan sekarang serta interaksi lingkungan suatu objek tertentu. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu. Misalnya, mempelajari secara khusus kepala sekolah yang tidak disiplin dalam bekerja . Terhadap kasus tersebut peneliti mempelajarinya secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkap semua variable yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Studi kasus mengisyaratkan pada penelitian kualitatif

2.    Ciri-ciri metode Kasus

Studi kasus ini memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik, yaitu diantaranya (a) menempatkan obyek penelitian sebagai kasus, (b) memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer, (c) dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya, (d) menggunakan berbagai sumber data, (e) menggunakan teori sebagai acuan penelitian.

3.    Langkah-langkah Metode Kasus

 

  Pemilihan kasus : dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;

  Pengumpulan data : terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;

  Analisis data : setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;

  Perbaikan (refinement) : meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;

  Penulisan laporan : laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca kedalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.

Contoh Masalah :

Butera, G. 2005. Collaboration in the context of Appalachia: The case of Cassie. The Journal of Special Education, 39(2): 106–116.

Butera (2005) menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan anak 4 tahun di West Virginia. (Stoner, 2010: 21)


 

Metode Korelasional

  

1.    Tujuan Metode Korelasional

 

Menurut Suryabrata, penelitian korelasional adalah penelitian dengan tujuan untuk mendeteksi tingkat kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor dengan variasi-variasi dalam faktor yang lain dengan berdasarkan pada koefisien korelasi.

Menurut Emzir, penelitian korelasional yang dilakukan dalam berbagai bidang ini terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja, bukan hubungan kausalitas. Meski begitu, penelitian korelasional dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

2.    Ciri-ciri Metode Korelasi

Agar sebuah penelitian dapat dikatakan sebagai penelitian korelasional, ada beberapa ciri yang membedakannya dari penelitian lain:

  • Penelitian ini cocok bagi variabel-variabel rumit yang sulit diteliti dengan metode eksperimen
  • Penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mengukur beberapa variabel dan hubungannya secara serentak dalam waktu yang sebenarnya
  • Hasil penelitian ini akan menunjukkan tinggi atau rendahnya suatu hubungan antar variabel, bukan ada atau tidaknya hubungan
  • Penelitian ini dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu dengan berdasar pada variabel bebas

3.    Langkah-langkah Metode Korelasi

 

Prosedur dasar penelitian korelasional dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut ini.

1. Pemilihan Masalah

2. Sampel dan Pemilihan Instrumen

3. Desain dan Prosedur

4. Analisis Data dan Interpretasi

Contoh Masalah:

Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja (Studi korelasi pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak sejak dari lahir di PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu)

.

Metode Eksperimental 

 

1.    Tujuan metode Eksperimantal

Metode yang bertujuan untuk menyelidiki adanya kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara melakukan kontrol atau kendali. Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103) desain penelitian ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true experimental design, quasy experimental designdan factorial design.

2.    Ciri-ciri metode Eksperimental

Beberapa ciri-ciri penelitian eksperimen :

  • Penelitian eksperimen mengatur secara tertib dan ketat semua variabel dan kondisi selama penelitian. Hal ini dilakukan secara terkontrol ataupun terjun langsung.
  • Dalam penelitian eksperimen digunakan kelompok kontrol yang akan menjadi dasar pembanding terhadap kelompok lain yang menjadi objek eksperimen.
  • Metode eksperimen akan terpusat pada pengontrolan varian. Artinya, dalam eksperimen akan dipilih subjek yang beragam. Lalu subjek akan ditempatkan dalam berbagai kelompok secara random. Pilihan lainnya adalah peneliti akan memberi perlakuan eksperimen secara acak kepada kelompok-kelompok yang ada.
  • Tujuan yang pertama dan utama dalam penelitian eksperimen adalah validitas internal, baru setelah itu validitas eksternal.
  • Dalam eksperimen semua variabel utama akan diusahakan untuk konstan dan tidak berubah. Namun, hal ini tidak berlaku jika dalam eksperimen yang dilakukan terdapat variabel perlakuan yang dimanipulasi secara sengaja dan memang dibuat bervariasi.

3.    Langkah-Langkah Metode Eksperimantal

 

Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya sama dengan jenis penelitian lainnya, berikut ini menurut Sukardi (2013: 182-183), yaitu:

1.         Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan,

2.         Mengidentifikasi permasalahan,

3.         Melakukan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel,

4.         Membuat rencana penelitian yang di dalamnya mencakup kegiatan:

a.         Mengidentifikasi variabel luar yang tidak diperlukan, tetapi memungkinkan terjadinya kontaminasi proses eksperimen,

b.        Menentukan cara untuk mengontrol mereka,

c.         Memilih desain riset yang tepat,

d.        Menentukan populasi, memilih sampel yang mewakili dan memilih  sejumlah subyek   penelitian,

e.         Membagi subyek ke dalam kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen,

f.         Membuat instrumen yang sesuai, memvalidasi instrumen dan melakukan pilot study agar memperoleh instrumen yang memenuhi persyaratan untuk mengambil data yang diperlukan,

g.        Mengidentifikasi prosedur pengumpulan data, dan menentukan hipotesis,

5.         Melakukan eksperimen,

6.         Mengumpulkan data kasar dari proses eksperimen,

7.         Mengorganisasi dan mendeskripsikan data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan,

8.         Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang relevan,

9.         Membuat laporan penelitian eksperimen.

 

Contoh Masalah :

 

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR Berbantuan Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang. (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).

Metode Kausal Komparatif

1.    Tujuan metode Kausal

Metode untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat, dilakukan dengan pengamatan pada data dari faktor yang diduga menjadi penyebab sebagai pembanding. Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.

2.    Ciri-Ciri Metode kausal Komparatif

Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu atau lebih akibat (sebagai “dependent variable”) dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.

3.    Langkah-langkah Metode Komperatif

 

Menurur Emzir (2010:125) penelitian kausal komparatif dilakukan dalam lima tahap yakni, (1) merumuskan masalah, (2) menentukan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti, (3) pemilihan kelompok pembanding, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

Sementara itu, terdapat pula langkah-langkah pokok dalam studi kausal komparatif sebagai berikut.

(1)   Definisikan masalah.

(2)   Lakukan penelaahan keperpustakaan.

(3)   Rumuskan hipotesis-hipotesis.

(4)   Rumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang akan digunakan.

(5)   Rancang cara pendekatannya:

a.       Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan;

b.      Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data;

c.       Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasi data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling berhubungan.

(6)   Validasikan teknik untuk mengumpulkan data itu, dan interpretasikan hasilnya dalam cara yang jelas dan cermat.

(7)   Kumpulkan dan analisis data.

(8)   Susun laporannya.

Contoh Masalah :

Studi Komparatif Penerapan Model Contextual Teaching and Learning (CTL)dengan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).

 

Metode Tindakan 

1.     Tujuan Metode Tindakan

Penelitian tindakan (action research) bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara-cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan cara penerapan langsung di dunia kerja atau dunia actual yang lain.

2.     Ciri-ciri Metode Tindakan

Dimyati (2000) menyatakan bahwa Action Research adalah penelitian tindakan dengan tindakan untuk mengadakan perubahan-perubahan sehingga menjadi lebih baik. Cirri-ciri Action reseach yang dikemukakan oleh Dimyati yaitu:

1.       Kegiatan perbaikan yang merupakan suatu program berdasarkan penelitian.

2.       Pelaku kegiatan dibedakan menjadi dua golongan, yaitu peneliti yang   bertanggung jawab atau tim peneliti di bawah pimpinan seorang ilmuan dan petugas yang bertugas sehari-hari bertindak dalam lembaga yang bersangkutan.

3.       Kegiatan pengumpulan informasi tentang system perilaku atau komponen-komponen dalam kegiatan yang lengkap, rinci dan bermanfaat dalam perbaikan realitas social.

4.       Kegiatan pengumpulan data yang keras selama waktu penelitian yang bermanfaat bagi perbaikan realitas social dan bila mungkin dapat disebar luaskan pada realitas lain yang konteksnya serupa.

5.       Alat untuk membuat warga masyarakat atau petugas pada lembaga yang bersangkutan memahami kekuatan mereka sendiri sehingga mendorong terwujudnya perbaikan atau perubahan social secara terus-menerus.

6.       Menghasilkan laporan penelitian yang berisi data perilaku, konsep dan teori ‘mendasa’ awal sifat kronologis yang diuji lebih lanjut.

7.       Berakhirnya action research memberikan dua faedah ganda yaitu lembaga yang menjadi sasaran penelitian dapat tumbuh menjadi lembaga perbaikan realitas social yang diteliti.

 

3.    Langkah-langakah Metode Tindakan

Davison, Martinsons & Kock (2004), membagi Action research dalam 5 tahapan yang merupakan siklus, yaitu :

 

1. Melakukan diagnosa (diagnosing)

Melakukan identifikasi masalah-masalah pokok yang ada guna menjadi dasar kelompok atau organisasi sehingga terjadi perubahan, untuk pengembangan situs web pada tahap ini peneliti mengidentifikasi kebutuhan stakeholder akan situs web, ditempuh dengan cara mengadakan wawancara mendalam kepada stakeholder yang terkait langsung maupun yang tidak terkait langsung dengan pengembanga situs web.

2. Membuat rencana tindakan (action planning)

Peneliti dan partisipan bersama-sama memahami pokok masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada, pada tahap ini pengembangan situs web memasuki tahapan desain situs web. Dengan memperhatikan kebutuhan stakeholder terhadap situs web penelitian bersama partisipan memulai membuat sketsa awal dan menentukan isi yang akan ditampilkan nantinya.

3. Melakukan tindakan (action taking)

Peneliti dan partisipan bersama-sama mengimplementasikan rencana tindakan dengan harapan dapat menyelesaikan masalah. Selanjutnya setelah model dibuat berdasarkan sketsa dan menyesuaikan isi yang akan ditampilkan berdasarkan kebutuhan stakeholder dilanjutkan dengan mengadakan ujicoba awal secara offline kemudian melanjutkan dengan sewa ruang di internet dengan tujuan situs web dapat ditampilkan secara online.

4. Melakukan evaluasi (evaluating)

Setelah masa implementasi (action taking) dianggap cukup kemudian peneliti bersama partisipan melaksanakan evaluasi hasil dari implementasi tadi, dalam tahap ini dilihat bagaimana penerimaan pegguna terhadap situs web yang ditandai dengan berbagai aktivitas-aktivitas.

5. Pembelajaran (learning)

Tahap ini merupakan bagian akhir siklus yang telah dilalui dengan melaksanakan review tahap-pertahap yang telah berakhir kemudian penelitian ini dapat berakhir. Seluruh kriteria dalam prinsip pembelajaran harus dipelajari, perubahan dalam situasi organisasi dievaluasi oleh peneliti dan dikomunikasikan kepada klien, peneliti dan klien merefleksikan terhadap hasil proyek, yang nampak akan dilaporkan secara lengkap dan hasilnya secara eksplisit dipertimbangkan dalam hal implikasinya terhadap penerapan Canonical Action Reaserch (CAR). Untuk hal tertentu, hasilnya dipertimbangkan dalam hal implikasinya untuk tindakan berikutnya dalam situasi organisasi lebih-lebih kesulitan yang dapat dikaitkan dengan pengimplementasian perubahan proses.

 

Contoh Masalah :

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber: repository.upi.edu).

Sumber: http://penjual-mimpi.blogspot.co.id/2014/09/jenis-jenis-metode-penelitian-beserta.html

Metode Kuantitatif 

1.      Tujuan Metode kuantitatif

Metode ini bersifat sistematis dan menggunakan model-model yang bersifat matematis.

Penelitian kuantitatif dapat bersifat deskriptif, korelasi, dan asosiatif berdasarkan hubungan antarvariabelnya.

Penelitian kuantitatif deskriptif biasanya hanya mengukur tingkat suatu variabel pada populasi atau sampel, sementara korelasi dan asosiatif melihat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Jika kuantitatif korelasi hanya menunjukkan hubungan, asosiatif berusaha mencari hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel terkait.

2.    Ciri-ciri metode kuantitatif

Beragam ciri yang terdapat dalam penelitian kuantitatif, ciri-ciri atau karakteristik dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut;

  • Penelitian kuantitatif lebih bersifat spesifik, jelas, dan terperinci.
  • Etik, artinya dalam penelitian kuantitatif ini mementingkan pandangan orang lain.
  • Menunjukkan hubungan antar varlabel
  • Penelitian kuantitatif biasanya memulai dengan teori dan hipotesis (deduktif)
  • Komputer, kalkulator dan aplikasi stafistik menjadi instrumen utama jenis penelitian kuantitatif ini
  • Teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif antara lain yaitu eksperjmen survei, dan angket.
  • Analisis dilakukan setelah pengumpulan data.
  • Hubungan dengan informan memiliki jarak dan berjangka pendek.

3.      Langkah-langkah Metode Kuantitatif

langkah-langkah metode penelitian kuantitatif.

1. Membuat rumusan masalah

Setiap penelitian harus bersumber dari adanya masalah. Seperti penjelasan di atas tentang desain penelitian dengan metode kuantitatif. Maka penelitian dengan metode kuantitatif memiliki maslah yang jelas. 

Setelah selesai untuk mengidentitikasi dan membatasi masalah. Selanjutnya peneliti membuat rumusan maslaah. Rumusan maslaah di tulis dalam bentuk kalimat tanya. Baca cara membuat rumusan masalah yang baik pada proposal utnuk memahami cara membuat rumusan masalah dengan lebih baik.

 

2. Menentukan landasan teori

Masalah yang sudah dirumuskan menjadi rumusan masalah. Selanjutnya dicarikan jawabannya. Jawaban tersebut diperoleh dari pencarian terhadap teori-teori yang relevan.

Bahasa sederhananya, kamu cari tau teori yang sekiranya mendukung jawaban kamu. 

 

3. Merumuskan Hipotesis

Dari rumusan masalah tersebut, peneliti mencoba menjawab (memberikan solusi) yang diperoleh dari pencarian teori-teori yang relevan. Jawaban yang diperoleh selanjutnya disebut dengan jawaban sementara atau hipotesis.

Jawaban sementara adalah hipotesisi. Jadi hipotesis dirumuskan dengan cara membaca atau mencari teori-teori yang cocok dengan solusi dari rumusan masalah dalam penelitian.

 

 

4. Melakukan pengumpulan data

Sebelum melakukan pengumpulan data, seorang peneliti harus terlebih dahulu:

·         Membuat instrumen penelitian berupa: kuisione, angket, test, lembar observasi, wawancara terstruktu dan instrumen yang telah terstandar.

·         Menguji instrumen dengan menguji validitas dan rebilitas dari instrumen tersebut.

Bila instrumen sudah selesai dibuat selanutnya peneliti mengumpulkan data. Data dalam penelitian kuantitatif dapat berupa data angka atau data deskribsi yang dikuantitatifkan.

 

 

Contoh Masalah :

Judul: DAMPAK BENCANA BANJIR TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN BATU BENAWA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH, KALIMANTAN SELATAN

Oleh : Reni Yunida, Rosalina Kumalawati, Deasy Arisanty Pendidikan Geografi , Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia.

Publikasi : JPG (Jurnal Pendidikan Geografi)

Metode Penelitian:

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2010).

Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarat di daerah banjir di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 1673 Kepala Keluarga dengan total 4 Desa yang terkena banjir.

Sampel Bentuk pengambilannmya dalam penelitian ini adalah bentuk proporsional sampling, dengan teknik Snowball sampling. Data yang diperoleh secara langsung dari informan melalui wawancara.

Menetapkan informan pada penelitian ini menggunakan teknik snowballsampling. snowballsampling dipilih agar memudahkan peneliti dalam menentukan sampel. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar.

Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Sampel Penelitian ini adalah 364 kepala keluarga dari seluruh populasi yang berjumlah 1673 kepala keluarga di daerah bencana banjir di Kecamatan Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Mengacu pada Tabel Isaac dan Micheal dalam Sugiyono, karena pada Tabel Isaac dan Micheal tidak ada yang berjumlah 1673 kepala keluarga maka diambil jumlah yang mendekati yaitu 1700 kepala keluarga sehingga didapat 364 kepala keluarga dengan taraf kesalahan 5% atau dengan tingakat kepercayaan 95% seluruh kepala keluarga di 4 Desa di Kecamatan Batu Benawa.

  Landasan Pengembangan Kurikulum SMK - November 01, 2020 Landasan Pengembangan Nama : Geordani J.K. Reppie Nim : 18 ...